Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Selamat Ulang Tahun, Widji

Gambar
Rambutnya Lusuh, pakainnya kumal. Celananya seperti tak mengenal sabun dan setrika. Ia bukan burung merak yang mempesona. Tapi bila penyair ini membaca puisi di tengah buruh dan mahasiswa, aparat memberinya cap sebagai agitator, penghasut. Selebaran, poster, stensilan, dan buletin propaganda yang ia bikin tersebar luas di kalangan buruh dan petani. Kegiatannya mendidik anak-anak kampung dianggap menggerakan kebencian terhadap orde baru. Maka Ia dibungkam. Dilenyapkan.” “ternyata laki-laki cedal itu bernama wiji thukul. Saya terlongong-longong mendengar kata-kata ajaib dari bibirnya. Lugas, sederhana, membalut ide yang sama sekali tidak sederhana.” “sedangkan wiji thukul, boleh dibilang ia artikulasi paling optimum dari suatu imaji ekstrem mengenai gerakan kelas. Tapi kelas yang dalam sejarah kekuasaan Orde barumasih terpencil dan penuh stigma. Wiji Thukul adalah buruh dengan pikiran radikal tapi yang sekaligus juga mampu berpuisi dengan kebebasan, artikulasi, dan daya...

Mengubur impian

Pernah suatu hari, saya dengan sukarela membungkus rapi harapan saya. Dibungkus rapi, bersih, tidak ada cela. Saya bawa bungkusannya ke kuburan yang saya sudah gali sendiri, dengan tangan saya sendiri sembari keringat membasahi tanahnya. Sudah dikubur. Saya tutupi tanahnya, saya cangkul kembali, saya gemburkan. Saya tulis sendiri nisannya. Saya cat. Saya pagari kuburan itu. Saya tinggalkan jejak karena saya pelupa. Agar suatu hari saya bisa datang berziarah. Menanyakan “apa kabar” kepada harapan saya? Mendoakan harapan saya agar tenang disana. Meredakan harapan saya yang memang harus segera diistirahatkan. Istirahat dengan baik ya. Sampai jumpa nanti ku bawakan bunga dan air. Agar kamu tumbuh subur. Tapi tetap dalam peristirahatan.

#Catatan perjalanan PKM KBMFE. Musikalisasi Selembar Puisi Perpisahan

Gambar
Perpisahan selalu meriringi setiap pertemuan. Sedih memang terlebih kita berpisah dengan orang-orang yang telah memberikan makna dalam hidup. Seperti contohnya kawan kita, Ernawati Sari, saat perpisahan Pengabdian Kepada Masyarakat KBM Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya  tak kuasa menahan kesedihan saat membacakan puisi ketika harus berpisah dengan warga desa Lontar yang sudah ia abdi. Sampai pada konklusi bagi setiap batin yang kiranya disimpulkan masing-masing dengan sadar. Satu diantaranya, sebuah kehormatan bagi kami menempuh perjalanan mengabdi untuk Desa Lontar.  Terimakasih atas segenap dedikasi dan kerjasama yang telah dijalin.  Pamit, Dari : KBM FE UNSERA 2017 Untuk : Desa Lontar "Kenangan Mengabdi" Pembacaan puisi : Ernawati  Instrumen musik : Aldi Haris Firdaus Karya puisi : Ernawati & Khairul Anwar "Dari kalian aku bisa menuliskan sebuah kisah,  Pada lembaran-lembaran yang terpisah, Dari sudut pandang d...

#Catatan perjalanan PKM KBMFE. Inginkan Terbang Melayang

Gambar
Inginkan terbang melayang. Menembus batas awan dan angan. Lebih, sangat lebih tak peduli. Meski kita bukan semester akhir, 'pengabdian'  pun dijalani. Mengenal agar kenal, mencintai agar cinta. Tak ambil pusing kata orang soal kepura-puraan, sok sokan tau atau dogma normatif semacamnya. Setidaknya, sesederhana; Inginkan Terbang! Yang kami nikmati tidak melulu soal bahagia, tapi perihal rintangan yang didalamnya. Kita harus bergandengan tangan untuk melewatinya. Percayalah kawan, Perahu akan selalu terombang-ambing, begitu pula dengan organisasi. Maka rangkul kawanmu untuk 'menemani' saat terombang ambing. Kawan yang tidak mengambil posisi didepan atau dibelakang, melainkan disamping dan berdampingan untuk Merangkak, Berjalan dan Berlari Bersama :) Kita disini bukan tanpa perselisihan, karena hidup tak selamanya tentang kedamaian. Kita pernah berselisih, gesekan dan percikan di forum, beradu argumen, bahkan sampai ada tetesan air mata didalamnya. Dan...

#Catatan perjalanan PKM KBMFE. Dua Minggu Sejuta Kenangan

Gambar
Mengabdi kepada masyarakat berarti kita ikut masuk dalam dunia mereka, berbaur dengan mereka dan merasakan apa yang mereka rasakan. Kita akan melihat sesuatu dalam cara pandang rakyat, belajar untuk memahami cara memaknai banyak hal dengan segala keterbatasan. "Kami sangat berterima kasih kepada adek-adek mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Serang Raya. Karena jauh-jauh dari kota ke pelosok desa hanya untuk mengabdi kepada masyarakat."   Pak Pendi, dalam sambutan opening ceremony Pengabdian KBM FE, 25 Juli 2017. Tentu saja saya bukanlah orang yang bisa merangkai kata demi kata menjadi sebuah dentuman semangat, bukan pula pujangga yang bisa dengan mudah melantunkan bait bait kata yang meresap maknanya. Ya memang begitu, tapi setidaknya tanpa pun itu, saya bisa merasakan bercakap dan berkumpul dalam satu atap bersama 34 kawan seperjuangan, yang tergabung dengan Keluarga Besar Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya. Oke beranjak pada Desa Lontar, desa ...