Selamat Ulang Tahun, Widji
Rambutnya Lusuh, pakainnya kumal. Celananya seperti tak mengenal sabun dan setrika. Ia bukan burung merak yang mempesona. Tapi bila penyair ini membaca puisi di tengah buruh dan mahasiswa, aparat memberinya cap sebagai agitator, penghasut. Selebaran, poster, stensilan, dan buletin propaganda yang ia bikin tersebar luas di kalangan buruh dan petani. Kegiatannya mendidik anak-anak kampung dianggap menggerakan kebencian terhadap orde baru. Maka Ia dibungkam. Dilenyapkan.”
“ternyata laki-laki cedal itu bernama wiji thukul. Saya terlongong-longong mendengar kata-kata ajaib dari bibirnya. Lugas, sederhana, membalut ide yang sama sekali tidak sederhana.”
“sedangkan wiji thukul, boleh dibilang ia artikulasi paling optimum dari suatu imaji ekstrem mengenai gerakan kelas. Tapi kelas yang dalam sejarah kekuasaan Orde barumasih terpencil dan penuh stigma. Wiji Thukul adalah buruh dengan pikiran radikal tapi yang sekaligus juga mampu berpuisi dengan kebebasan, artikulasi, dan daya esetetika yang setara bahkan dengan borjuis paling terdidik di republik ini. Wiji Thukul menjadikan puisinya sebagai konfrontasi. Akibatnya, wiji thukul dibenci sekaligus dianggap berbahaya.
Hari ini 26 Agustus, Widji Thukul genap berusia 54 tahun. Jika saja beliau masih bersama kita, mungkin hari ini beliau sedang bercerita mengenai perjuangannya melawan rezim yg tak tau caranya menghargai Hak Asasi Manusia. Mungkin bung Widji sedang menyesap kopinya yg tersisa setengah gelas, terduduk diberanda rumahnya yang sederhana, dikelilingi anak-anak muda yg menolak lupa bahwa suatu ketika; Indonesia pernah ada dalam masa-masa terburuknya.
Namun, pada tahun 1998 Wiji hilang dan tidak pernah kembali, ia diculik karena terlalu keras meludahi wajah sang diktator. Meski begitu, api semangatnya tidak padam. Ia abadi dalam pergerakan orang-orang yg memperjuangkan Hak Asasi Manusia; orang-orang yg menentang penindasan dan ketidakadilan.
Hari ini adalah tepat dengan tanggal kelahiranmu. "Tidak mati. Kami berlipat ganda, ide kami bergerilya." -Widji Thukul
Digahayu, pahlawanku. Dimanapun kau berada
Komentar
Posting Komentar