Pandemi, Organisasi Mahasiswa, dan "Jadwal Molor" Pemira Unsera

Disclaimer: Opini ini bersifat perseorangan dan bukan mewakili kelembagaan.

Saya bukan seorang aktivis handal, tetapi mendengar berita Pemira yang sudah tertunda setahun lebih ini begitu menjengkelkan. Lewat tulisan ini saya hanya ingin beropini tentang gonjang-ganjing Pemira di kampus almamater yang sangat saya banggakan, yaitu Universitas Serang Raya—yang katanya berstandar Internasional. Tentunya dengan gaya tulisan saya yang frontal, nyinyir, dan sok tahu. Karena saya percaya hak untuk menyampaikan aspirasi masih dijamin oleh konstitusi.

Sebagai mahasiswa, rasanya sudah tidak asing lagi dengan Pemilu Raya (Pemira). Pergelaran demokrasi untuk memilih pergantian kepemimpinan mahasiswa di kampus menjadi miniatur dalam besarnya kehidupan demokrasi di Indonesia. Pemira merupakan pesta demokrasi di lingkungan kampus dan juga sebagai perwujudan pemerintahan mahasiswa (Student Government).

Kampus tidak hanya mencetak generasi muda untuk sekedar menimba ilmu dan membangun karakter. Kampus juga tempat mahasiswa mengenal dan belajar tentang demokrasi. Idealisme sudah menjadi pakem mahasiswa dalam menegaskan kampus untuk memupuk jiwa kepemimpinan, kampus juga tempat menyemai calon-calon pemimpin baru masa depan.

Sebelum pandemi Covid-19 terjadi, kondisi organisasi mahasiswa di lingkup Universitas Serang Raya tak luput dari permasalahan. Mulai dari masalah pendanaan kegiatan, perizinan penggunaan fasilitas, konflik internal antar anggota sampai pada minimnya minat mahasiswa sendiri. Kondisi ini kemudian diperparah dengan pandemi Covid-19 yang terjadi. Pembatasan aktivitas dan pemblokiran terhadap kegiatan mahasiswa. Gedung sekretariat ormawa yang menjadi pusat kegiatan mahasiswa biasanya ramai dengan para organisatoris, padat dengan kegiatan diskusi dan rapat kepanitiaan, kini lengang begitu saja. 

Diskursus Periodesasi

Menilik diskursus beberapa tahun lalu—saat awal kepengurusan ormawa KBM UNSERA 2019-2020—betapa menariknya pembahasan mengenai masa jangka periodesasi kepengurusan. Saat itu, Juli 2019, agenda Rapat Kerja (Raker) Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Unsera menjadi pembahasan mengenai kapan berakhirnya periodesasi masa bakti 2019-2020. Ada dua pendapat dalam forum itu, pertama ada yang berpendapat bahwa masa periodesasi idealnya berkahir pada Desember (akhir tahun). Menurutnya—paling tidak, agar selaras dengan kampus-kampus lain yang mengawali kepengurusan di awal tahun. Pendapat kedua, adalah dengan tetap menyesuaikan periodesasi dengan jangka waktu satu tahun sejak di lantik sesuai aturan yang termaktub di Undang-Undang KBM Unsera.

Namun, dialektika panjang tersebut tidak menemukan titik temu. Alih-alih mendapatkan sintesa, rupanya Tuhan berkehendak lain dengan ditempa musibah global yaitu pandemi Covid-19 sehingga periodesasi di perpanjang. Hingga kini periode ormawa 2019-2020 belum berakhir setelah dua tahun yang lalu pembahasan mengenai periodesasi menjadi buah bibir dikalangan ormawa.

Periodesasi Diperpanjang

Lantaran pagebluk Covid-19 memperngaruhi sampai ke dalam aspek kehidupan lokal, maka periodesasi ormawa KBM-Unsera 2019-2020 diperpanjang. Pada bulan Agustus 2020 lalu, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Unsera—yang diketuai oleh Syahrul Ramadhani Putra—mengeluarkan Surat Keputusan tentang masa perpanjangan periodesasi ormawa dengan alasan pandemi. Gara-gara virus banyak kegiatan Ormawa tertunda dan tidak sesuai yang direncanakan ditambah belum bisa melaksanakan Pemira secara offline. Makanya, perpanjang menjadi pilihan yang logis

Artinya, sudah dua tahun periodesasi kepengurusan 2019-2020 menjabat dan belum berakhir hingga kini. Regenerasi nampaknya hanya angan-angan bak pungguk merindukan bulan yang menanti bergulirnya musim. Padahal secara aturan, seharusnya Pemira dilakukan setahun sekali dan masa jabatan kepengurusan ormawa adalah satu tahun sejak dilantik.

Jadwal Molor Pemira

Kenyataannya, pandemi Covid-19 tidak hanya berpengaruh pada aktivitas akademis perkuliahan saja, tetapi juga aktivitas non-akademis, seperti kegiatan organisasi kampus. Salah satu kegiatan penting dalam organisasi yang terpengaruh pandemi ini adalah Pemilihan Raya (Pemira).

"Jadwal molor Pemira," begitulah kenyataannya. Kasat kusut kejelasan nasib Pemira sampai saat ini nyaris tanpa kepastian. Pasalnya, sejak Komisi Pemilhan Umum Mahasiswa (KPUM) dibentuk pada 18 Februari 2021 lalu dan memutuskan untuk mengadakan Pemira secara online, hingga saat ini mangkrak ditengah jalan. Artinya, sudah 5 bulan sejak dibentuk komisi penyelenggara yaitu KPUM sampai sekarang Pemira belum selesai. 

Setelah sudah melewati masa verifikasi bakal calon, kampanye, masa tenang dan tinggal menunggu tanggal pelaksanaan pada 9 Juli lalu. Namun, beberapa hari menuju tanggal pelaksanaan, KPUM memutuskan untuk menunda Pemira dengan alasan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat dari pemerintah pusat ditambah dengan "belum" ada izin dari pihak rektorat. 

Kabar terbaru, berdasarkan postingan resmi akun instagram @kpumunsera2021, pada 22 Juli 2021, KPUM kembali merilis berita acara tentang (lagi-lagi) pengunduran Pemira sampai jadwal yang tidak bisa ditentukan. Pertama, saya mengapresiasi atas sikap dewasa dari pihak KPUM yang memohon maaf ke publik khususnya mahasiswa Unsera yang dijabarkan dalam poin pertama berita acara tersebut. Kedua, pada poin selanjutnya—sangat disayangkan KPUM tidak bisa bernegosiasi dengan  pihak rektorat yang sampai saat ini belum sepenuhnya mendukung pelaksanaan Pemira. Padahal tidak ada urgensinya kebijakan PPKM dengan Pemira online. Toh, tidak bakal ada kerumunan di kampus, hanya saja—mungkin ada beberapa— perwakilan datang ke kampus untuk menyiapkan teknis, dan lain-lain. 

Kalau kampus tidak bisa dioperasi saat PPKM, paling tidak ada cara lain semisal menyewa tempat khusus untuk menyiapkan segala teknis Pemira. Lagipula anggaran pesta demokrasi kampus banyak, kan? Apa jangan jangan-jangan anggarannya belum cair sehingga terlalu banyak was-wes-wos-was-wes-wos. Paling tidak harus ada langkah-langkah solutif dan adaptif untuk tetap dilaksanakannya Pemira meski ditengah kondisi PPKM.

Bagaimanapun, molornya Pemira ini telah memakan banyak "korban". Beberapa Ormawa—mungkin hampir semua—turut merasakan dampak dari mundurnya Pemira ini. Ruwetnya kasat kusut Pemira semakin memperbanyak jumlah mahasiswa yang apatis terhadap perkembangan ormawa. Secara tidak langsung, dinamika kampus tak berjalan baik. Belum lagi iklim ormawa yang mengalami vacuum of power ditengarai membuat partisipasi mahasiswa untuk ikut Pemira turun, dilihat dari minimnya kandidat bakal calon yang mendaftarkan diri di masing-masing Fakultas hingga Universitas, dibuktikan dengan beberapa calon fakultas lain bahkan Universitas sudah dinyatakan terpilih secara aklamasi.

Kemudian, banyak momentum penting yang terlewat—karena estefeta kepengurusan sudah kadaluarsa—sehingga kehilangan ruh perjuangan. Seperti keadilan untuk bantuan kuota internet oleh kampus, dan keringanan SPP/BOP bagi mahasiswa UNSERA yang beberapa waktu lalu membuat geger seluruh civitas akademika, atau isu-isu daerah maupun nasional yang sedang hangat.

Kondisi yang terjadi sekarang, ditengah ketidakjelasan jadwal pelaksanaan Pemira, besar harapan agar KPUM selaku penyelenggara harus bisa memberikan win-win-solution . Mengingat kondisi dari setiap ormawa sudah mulai redup dan menginginkan untuk segera berganti kepengurusan. Juga, karena ada beberapa mahasiswa memegang jabatan yang kini sudah tidak berstatus mahasiswa lagi, itu artinya sudah melanggar konstitusi. Agar kemudian secepatnya mengadakan Sidang Umum Mahasiswa untuk skala Universitas dan Musyawarah Fakultas (Musfak) untuk lingkup Fakultas.

Akhir kata, nasi memang telah menjadi bubur. Tapi sebagai seorang—yang masih menjadi—mahasiswa, suatu kewajiban untuk mengolah bubur menjadi lebih nikmat. Paling tidak, harapan saya pribadi—yang sebentar akan purna dari hiruk pikuk organisasi intra kampus—semoga ormawa di kampus tercinta mampu membangkitkan khittah perjuangan sebagai role model dan Agent of change dalam kehidupan sosial meski terkontaminasi virus global. Juga, semoga Tuhan yang Maha Esa tetap melindungi dalam perjuangan dan semoga Ibu Pertiwi cepat pulih dari pagebluk Covid-19.


Salam.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisuda Drive Thru Unsera; Komersialisasi Pendidikan di Masa Pandemi

Kisah Fajar, Embun dan Senja