Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Pemulung-pun Bersajak

Nada suara yang jarang-jarang terdengar Hanya lewat kail besi di tangan, tidak jarang benar-benar tangan yang digunakan Gelas plastik, botol kaca, besi tua yang sering kita sebut sampah; diambilnya lalu dinamakan harta olehnya. Dan di sebuah malam yang gelap, Lilin putih penerangan seadanya, di atapi seng karatan, di alasi tikar anyaman; barang paling mahal baginya. Menengadah kepalanya melihat lubang-lubang bekas gerogotan angin dan hujan sambil gerak bibir dan lidah beradu, Terdengarlah larik-larik dari sajak syukur, atas apa yang didapatinya; meski itu sekedar nafas untuk hari esok.

Potret Jalanan Kota Serang

Gambar
Kakek itu sangat sayu. Terlantar di jalanan, serasa tidak punya tempat untuk pulang. Anaknya entah ada dimana sekarang. Rekaman tentang rutinitas yang dijalani dua tahun yang lalu masih terus membayangi. Hari ini, kakek itu terdiam dalam doa, di sebuah pinggir jalan trotoar, tepat dipersimpangan lampu merah. Ada rasa rindu yang tak terungkap, hanya karena dia tidak terbiasa untuk mengungkapkannya. Hanya sebuah senyuman yang sederhana, seolah berkata; "An akku, kamu dimana?" Kakek sangat senang ketika ada yang datang. Ya, banyak orang datang menghampirinya. Melihat-lihat, tak jarang berbagi secercah receh ataupun bahan makanan. Tapi bukan  itu yang kakek rindukan, karena nikmat rasa pun agaknya sudah tak terlalu banyak bisa dimiliki lidahnya yang tua. Tapi kedatangan mereka yang berkunjung, memberi sedikit obat rasa rindu. Hanya saja, seperti cerita yang sudah sampai sebelumnya, dia tak terbiasa mengatakannya. Hanya dalam sebuah kalimat sederhana,  “kalian sudah kakek ang...