Pemulung-pun Bersajak

Nada suara yang jarang-jarang terdengar
Hanya lewat kail besi di tangan, tidak jarang benar-benar tangan yang digunakan

Gelas plastik, botol kaca, besi tua yang sering kita sebut sampah; diambilnya lalu dinamakan harta olehnya. Dan di sebuah malam yang gelap,

Lilin putih penerangan seadanya, di atapi seng karatan, di alasi tikar anyaman; barang paling mahal baginya. Menengadah kepalanya melihat lubang-lubang bekas gerogotan angin dan hujan sambil gerak bibir dan lidah beradu,
Terdengarlah larik-larik dari sajak syukur, atas apa yang didapatinya; meski itu sekedar nafas untuk hari esok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pandemi, Organisasi Mahasiswa, dan "Jadwal Molor" Pemira Unsera

Wisuda Drive Thru Unsera; Komersialisasi Pendidikan di Masa Pandemi

Kisah Fajar, Embun dan Senja