Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Segala Harap

Kembali ku mengadu pada kenangan yang sengaja kupahat begitu manis dalam pikiran. Setiap gerak dan gerik tubuh kita berdua begitu padu bak sepasang penari mempertunjukan kemampuan terbaiknya. Lalu kubuka ruang dalam hati, tempat kutitipkan rasa yang bergejolak setiap detik kala itu. Terlihat begitu rapi tanpa cela. Tersaji ribuan fragmen tentang dua manusia. Salah satunya begitu kagum dan mencinta. Dalam semilir angin yang menelisik helai rambut, setiap butir pasir yang goyah terpijak tapak, hangat senja memancarkan lembut dari sosok wajah yang begitu familiar, ia tertegun. Bumi sedang membantunya. Kepada angin, rasa dalam dada dihembuskan sehingga dia merasakan sejuk mendamaikan. Dalam butir pasir segala harap dan kesetiaan ditumpahkan menjadikannya tak lagi mampu untuk dihitung. Dan teruntuk senja, maafkan aku, bahkan terang sinar matanya mampu mengalahkanmu. Membuatku berpaling dan lebih menginginkan menatap sorot mata itu selama mungkin, meski malam berhias bintang sekalip...

Ketika aktivis kampus berada dalam titik jenuh

Bahwa hidup tidak dihitung dari jumlah peluh yang mengalir di pelipismu. Hidup, terhitung dari seberapa banyak ikhlas yang kamu rajut. Dan bisa terasa hangatnya oleh orang lain tanpa kamu mengatakannya. Serang 2018  -- Suatu hari seperti awan kelabu, seorang lelaki aktifis kampus duduk di pelataran gedung kampus yang sepi. Jam menunjukan pukul empat sore.  Ia melepas jaket organisasinya dengan kesal sambil mengatakan pada sahabatnya tentang keadaan hatinya. “ Hari ini aku lelah, aku ingin berhenti dari pergerakan ini. Segalanya menuntut prioritasku, kehadiranku dan kontribusiku tanpa peduli dengan keadaanku, serta kondisi yang ku alami .” Ia menangis sesegukan dengan mata yang sungguh merah dan bengkak.  “ Aku merasakan seolah hanya aku yang seberdarah-darah ini, hanya aku yang tertinggal pelajarannya, hanya aku yang rela diseperti inikan ” “ Ya sudah, buang saja jaket itu, jangan dipakai lagi. Menghilanglah dari peredaran jika kamu kecewa ”, ujar sahab...

Gadis dengan Sejuta Senyum yang Kutemui di Kampus Kaca

*Sebuah Cerpen Saat ini aku melihatnya berlarian di tengah hujan. Kali ini dressnya merah muda. Tangannya sesekali dia tengadahkan, sekedar mengkonfirmasi–apa rinai yang ia lihat, sama derasnya dengan yang ia rasakan. Lalu ia kembali melanjutkan perjalanan, dan tersenyum. Beberapa saat lalu, kutemui dirinya terengah-engah. Naik turun tangga, lalu kami kembali bertemu di tempat fotokopi, dia merapikan berkasnya. Rasa-rasanya dia sedang riweuh…sedang buru-buru, jemarinya ia ketukkan di atas meja saat petugas fotokopi lambat melayaninya. Kemudian dengan pelayananan yang alakadarnya, wajah super ketus, petugas itu bilang, “ Uang kecil aja sih mbak, nggak ada kembalian .” Sambil menyodorkan dengan kasar. Aku yang menyaksikannya saja ingin mengumpat. Tapi gadis itu tersenyum, “ Nggak ada tuh mas. Yasudah mas bawa dulu saja uang saya. Saya buru-buru .” “Loh mbak –” lalu dia beralih begitu saja. Esoknya aku bertemu lagi dengan gadis itu, di jalan penyebrangan dekat kampus....