Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Judul: Baca paragraf pertama

Tentang memindahkan isi kepala ke media dalam bentuk rupa atas imajinasi dan memori. Untuk saya, menggambar itu serupa seperti menulis, pun seperti menyukai seseorang. yang berbeda hanya wujud akhirnya saja. Ada yang bilang, untuk bisa menggambar harus punya bakat, gak semua orang bisa. Salah. Semua orang bisa, karena manusia adalah makhluk serba bisa. Mungkin hanya kadarnya saja yang berbeda di setiap manusia. Ada yang dominan kanan, ada yang dominan kiri, ada yang dominan tengah, ada tidak mendominasi manapun, dan (kombinasi) lain sebagainya. Sebagai contoh. Dulu, waktu awal lulus putih abu, ada teman yang kalau menggambar bisa bikin orang lain nangis dan atau drop. Ada punya teman yang kalau menggambar bikin orang lain senang dan merasa aman (dalam hal tingkat kemahiran menggambar). Pada suatu saat, kedua teman saya ini mengikuti ujian saringan masuk sebuah jurusan yang digemari. Semua memprediksi teman yang dianggap jago menggambarlah yang lulus, namun fakta berkata terbalik....

Penyakit itu Bernama Draf

Hahaha. Rasanya selalu ingin menertawakan diri sendiri. Karena begitu banyaknya tulisan yang pada akhirnya menyasar ke dalam draf. Berbagai alasan melintas di dalam kepala, tulisan belum siap publikasi, malas menulis, akan dilanjutkan nanti, ingin melakukan hal lain dulu, dst. Sampai akhirnya gagasan-gagasan yang tidak sabar untuk tertuang ke dalam tulisan lama-lama berganti menjadi keluhan-keluhan betapa diri ini merasa tidak mampu untuk menulis tulisan yang bagus. Ah! itu dia, bagus. seringkali tulisan-tulisan prematur ini menyasar ke dalam draf hanya karena merasa tidak cukup bagus untuk dibaca orang lain. Berharap suatu saat bisa menuliskan sesuatu yang dapat menyenangkan semua orang. Berharap tidak ada lagi cemooh sesama penulis tumblr yang mengatakan akun tumblr ini kurang berisi lah, isinya curhatan saja lah, dst.  Impresi. Lawan dari kata Ekspresi. Jika ekspresi adalah mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam, maka impresi adalah mengharapkan sesuatu dari luar untuk...

Perihal Menghargai Karya Orang Lain

Sungguh bikin geram, gemes dengan orang-orang yang tidak bisa menghargai karya orang lain. Ga akan mengurangi apapun ketika mengambil karya orang lain dengan tetap mencantumkan sumbernya. Mencantumkan nama sang pembuat. Itu justru hal yang positif dan baik. Mau foto, tulisan, lukisan, karya apapun itu. Orang berkarya melalui proses yang tidak mudah. Ide tidak bisa di beli dengan nominal. Kreatifitas itu butuh sebuah proses yang tak sebentar. Waktu untuk sebuah karya juga bukan sekilas saja. Ayo bijak dan cerdas dalam menghargai karya orang lain. Ga bakal hina kok mencantumkan sumber dari sebuah karya yang kita share.

(Bukan) Sapardi Djoko Damono: Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Jadi bagaimana rasanya mencintai seseorang secara sederhana? Aku tidak tahu persis jawabannya, tapi sepertinya akan terasa mudah.   Tidak sama betul seperti puisi Bapak Sapardi Djoko Damono: Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, karena sejatinya tidak ada keterlibatan percakapan antara kayu pada api serta isyarat dari awan pada hujan .   Mengalir tenang seperti sungai yang dalam. Tetap beriak, meski pelan. Karena hidup memang di- design  seperti itu, kan? Memiliki riak berarti memiliki hidup. Dan mencintai secara sederhana mestinya terasa hidup. Tetap ada air mata, namun ditutup dengan tawa membahana. Tidak gegap gempita, namun terasa nyata. Karena sering kali kadar serotonin yang tercipta dalam tubuhmu ketika mencinta merancukan segalanya, ya akal sehat, juga logika. Memabukkan, menyenangkan, membuat ketagihan. Menimbulkan khayalan tapi bukan kenyataan.   Tidak, mencintai secara sederhana mestinya tidak semegah itu. Bukan meledak-ledak, kamu akan tet...