Judul: Baca paragraf pertama

Tentang memindahkan isi kepala ke media dalam bentuk rupa atas imajinasi dan memori.

Untuk saya, menggambar itu serupa seperti menulis, pun seperti menyukai seseorang. yang berbeda hanya wujud akhirnya saja.

Ada yang bilang, untuk bisa menggambar harus punya bakat, gak semua orang bisa. Salah. Semua orang bisa, karena manusia adalah makhluk serba bisa. Mungkin hanya kadarnya saja yang berbeda di setiap manusia. Ada yang dominan kanan, ada yang dominan kiri, ada yang dominan tengah, ada tidak mendominasi manapun, dan (kombinasi) lain sebagainya.

Sebagai contoh. Dulu, waktu awal lulus putih abu, ada teman yang kalau menggambar bisa bikin orang lain nangis dan atau drop. Ada punya teman yang kalau menggambar bikin orang lain senang dan merasa aman (dalam hal tingkat kemahiran menggambar). Pada suatu saat, kedua teman saya ini mengikuti ujian saringan masuk sebuah jurusan yang digemari. Semua memprediksi teman yang dianggap jago menggambarlah yang lulus, namun fakta berkata terbalik.

Kau kira semua anak senirupa itu gambarnya bagus (bagus dalam pemahaman dan standard awam -red), oya?

Tidak.

Ada teman yang jika menggambar seperti bocah, membuat gambar realis (hal yang umumnya dianggap jago bin bagus oleh awam -red) ia tidak bisa. Namun meski gambarnya laksana bocah, saya suka lihatnya. Ada sesuatu di sana. Sesuatu yang seakan mengajakmu berinteraksi. Itu yang saya anggap sebagai nyawa. membuat gambar yang “bagus” itu mudah, semua orang bisa, bahkan mesin pun bisa, tapi memasukkan nyawa ke sebuah gambar, tidak semua orang bisa.

Jika ada yang bertanya bagaimana membuat gambar yang bagus kepada saya, saya sampaikan, apalah arti bagus jika itu hanya rupa tanpa nyawa, layaknya zombi. Pahami dulu diri sendiri, definisikan makna bagus. lalu mulai menggoreskan pena tanpa ragu. Ya, pena, bukan pensil.

Buat diri merasa nyaman, jangan penjarakan rasa dengan ingin. Biarkan semuanya mengalir. Ada bagian dari ilmu ikhlas didalamnya. Jangan sungkan untuk meniru, bukan untuk menipu tapi demi menambah ilmu.

Niat, semangat, suka, nyaman. maka apapun yang ingin kau sarikan dalam bentuk rupa niscaya akan terwujud. mungkin bentuknya tidak sesuai standard orang umum, tapi ada nyawa di sana, yang akan membuat orang melihat isinya, bukan sekedar rupa.

Ya, berteori itu mudah. dan saya pun masih belajar.

Jangan memaksakan diri untuk menelurkan A atau B. biarkan bawah sadar yang menuntun. Ia akan bicara, tanpa suara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pandemi, Organisasi Mahasiswa, dan "Jadwal Molor" Pemira Unsera

Wisuda Drive Thru Unsera; Komersialisasi Pendidikan di Masa Pandemi

Kisah Fajar, Embun dan Senja