Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Persimpangan Jalan

Kilat cahaya membelah langit timur Ku terpaku pada jalanan ramai teratur Suara gamblang deru motor bak gemuruh Rintik air bentuk noda pada kaca spion pantulkan cahaya menyilaukan Namun bayangan sang pengendara geraman nampak berkilau Tampaknya kau juga penikmar keramaian Laju motormu ceritakan semua Tak nampak rasa humor namun kau buat senyuman di tengah padat lalu lintas kota? Apa yang salah dengan mu? Nyatanya kau buat fokusku teralih Kita tampak sepasang orang gila yang berjalan beriringan Sama-sama tak takut hujan dan tak benci keramaian Kendaraan kalang kabut cari jalan sisipan Namun akhir cerita, kita pisah dipersimpangan Serang, 24 September 2018

Kota Bising yang Penuh Kehangatan

Semua berawal ketika aku memutuskan untuk berkuliah di  Universitas Serang Raya,  kampus yang terletak di Kota Serang, Banten. Teringat kembali kenangan dua tahun lalu. Aku, seorang anak baru lulus SMA yang lebih sering bercanda tawa daripada membuka buku catatan yang penuh tipex sana-sini, masuk ke dunia pendidikan yang lebih tinggi tingkatannya. Universitas, ya memang takjub rasanya bisa melangkah ke sini dengan jalan yang dimudahkan oleh-Nya. Bukan kebanggaan semata yang aku rasakan, lebih dari itu, jauh lebih penting dari itu, yakni tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab atas ilmu dan tanggung jawab kepada bangsa ini. Tidak semua teman-teman di luar sana yang bisa menikmati pendidikan hingga Perguruan Tinggi karena keterbatasan ekonomi. *** Aku selalu percaya kalimat ini: “ teman dan cinta akan datang mengiringi mimpi”  dan di kampus tempatku kuliah, aku bertemu keduanya. Ini dia titik di mulainya babak baru dari sebuah cerita. Bisa bertemu sahabat lama dan be...

Manifestasi di pojok atas lemari

Aku menyimpan sebagian manifestasi fisik dari perjalananku selama kuliah. Kusimpan dipojok diatas lemari biruku. Ketika nanti anakku sudah cukup dewasa dan akan melanjutkan kuliah, aku akan menunjukkan ini padanya. Dan, saat dia bertanya, “apa yang ayah lakukan saat kuliah?” Akan kujawab, “Banyak hal, belajar banyak hal baru, menjalin relasi lebih jauh dan mimpi untuk merubah sesuatu yang berkaitan dengan orang banyak” “Apa ayah berhasil?”  "Tidak, ayah tidak berhasil. Ayah mencoba merubah banyak hal, tapi ayah justru kalah oleh hal kecil.“  "Apa itu?” “Kau tahu, ada banyak hal yang akan kamu mengerti pada saatnya.” “Ini, bukan piala seorang pemenang, nak. Ini hanya kenang-kenangan bahwa ayah dulu melangkah ke banyak tempat. Dan, disetiap tempat ada sebuah hikmah seperti potongan lukisan. Pada akhirnya, saat ayah mengumpulkan semuanya, yang ayah lihat adalah gambaran lukisan ayah sendiri. Ayah tahu satu hal, bahwa ayah harus mengejar apa yang paling ayah inginka...