Surat Untuk Pak Ahok

Demi Ibu Pertiwi, keadilan dikorbankan:

Albert Camus: "Aku sangat yakin dengan keadilan dan percaya bahwa ia akan datang, tapi apabila kedatangannya untuk mengusik ibuku (ibu pertiwi) maka aku orang pertama yang akan menentangnya."

Pesan untuk Ahok:

Pak, keadilan itu memang pahit? Pak, bukankah ketakseimbangan itu memang sakit? Pak, bukankah waktu akan terus berputar? Pak, bukan kah bumi selalu memyimpan cerita pahit untuk para pejuang yang merasa berkorban demi keadilan sosial? Pak, sudah harus begini sepertinya.

Saya jujur tak terkejut dengan vonis 2 tahun penjara atas Pak Ahok. Sebelum ini semua. Sebelum kerumunan orang-orang berdaster sering berkumpul dan menetapkan banyak konsekuensi atas pendukung Bapak di Pilkada DKI, banyak yang sudah meyakini bahwa semua prestasi politik Bapak beserta semua perlawanan Bapak pada koruptor akan menggiring Bapak dalam sebuah ruangan yang paling dikhawatirkan oleh para koruptor. Musuh Bapak jelas, dan sepertinya Bapak juga sadar siapa yang sebenernya berupaya dari awal memenjarakan Bapak.

Dengan kesadaran penuh, harus bapak hentikan air mata dan penyesalan itu. Memang dunia bukan gelanggang untuk siapapun yang membawa keadilan. Bapak tahu betul, dunia mencekik orang-orang baik, dan politik membunuh orang-orang jujur. 

Dari era ke era, tidak ada kisah menyenangkan yang lama menemani orang-orang baik. Mereka semua dalam belenggu sosial yang dimonitoring oleh para elit oportunis. 

Sudah saatnya Pak Ahok tersenyum, minimal kisah bapak tak ubahnya Socrates yang dihukum karena dianggap menistakan agama. Juga seperti Galileo akibat menentang dinasti teokratis. Bapak juga akan dikenang seperti Norman Borlaug yang menyelamatkan banyak orang dari kemiskinan. Ingat, Pak! 1 juta pasukan orange hidup dengan layak berkat Bapak.

Saya rasa, satu alasan untuk menyesal telah digantikan dengan sejuta alasan untuk bangga. Bangga menjadi seorang yang berpendirian meski dibenci. Bangga berkeyakinan berbeda dengan orang, dan berani mengkritik serta terbuka untuk dikritik. Bangga dengan visi besar yang dirangkai untuk mengangkat harkat dan martabat orang banyak. Visi itu juga tidak mati, Pak! Visi itu hidup di hati banyak orang. Termasuk di pikiran lawan politik Bapak yang saat ini sukses menggeser posisi bapak dari kursi DKI 1. 

Tapi yang terpenting dari semuanya, sekaligus menjadi penutup pesan saya untuk Pak Ahok. Tidak ada kebaikan yang mati, dan tidak ada hati yang membenci kebaikan. Bapak dipenjara untuk membidani banyak Ahok lain yang mudah-mudahan lebih baik dari bapak. Dan satu lagi pesan saya, nama Bapak telah tercatat dalam sejarah sebagai pejabat yang tidak menjadikan kebencian orang lain sebagai alasan untuk menutupi kebenaran. 

Salam hormat untuk Pak Ahok!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pandemi, Organisasi Mahasiswa, dan "Jadwal Molor" Pemira Unsera

Wisuda Drive Thru Unsera; Komersialisasi Pendidikan di Masa Pandemi

Kisah Fajar, Embun dan Senja