Saya Akan Terus Menulis


"Rul, seberapa besar sih tulisan lo berpengaruh ke orang lain? Udah berapa banyak orang yang terpengaruh sama tulisan lo?"

Belum besar. Belum ada orang juga yang terpengaruh sama tulisan saya.

"Terus kenapa lo sok-sokan ngajak orang-orang buat ikutan nulis kaya yang lo lakuin? Kalo lo aja ngga bisa nulis tulisan yang berpengaruh ke orang lain."

Saya percaya, begini, meskipun saya belum bisa nulis bagus dan berkualitas tapi dengan saya ngajakin orang lain ikutan nulis bukankah itu artinya juga saya ngajak orang lain berbagi kebaikan? Berbagi kebenaran, berbagi hal positif.

"Lo sendiri udah nulis berapa banyak? Udah punya buku berapa banyak?"

Tulisan saya belum banyak, dan saya belum punya satu bukupun.

"Kok lo, sok-sokan ngajak orang berbagi? Padahal lo sendiri belum bisa dan ngga punya apa-apa,"

Kalau nunggu bisa dan punya terus mau kapan berbaginya? Bukankah tesenyum juga berbagi? Lantas apa salahnya berbagi lewat tulisan.
Tulisan saya memang belum berpengaruh, tapi kalo saya ngajak orang nulis, dan tulisannya itu berpengaruh ke orang lain, itukan sebuah kebaikan. Kan berbagi bisa dilakukan dengan apa saja yang kita punya dan bisa. Kalo baru bisa dengan tulisan dan baru punya pemikiran, kenapa tidak?

"Beberapa waktu lo juga sering koar-koar ngajakin orang lain baca buku. Lo sendiri emang berapa banyak buku yang udah dibaca sih?"

Belum banyak juga. Koleksi juga sedikit. Saya percaya, jika mengajak orang lain membaca itu sama artinya saya menunjukkan kebenaran ilmu, wawasan dan pengetahuan ke orang lain. Mungkin saja ada orang yang belum pernah membaca, terus pas saya kasih saran buat membaca dia jadi paham dan mengerti mana yang benar mana yang salah.
Kalaupun saya belum tahu, kan kita bisa saling diskusi.

"Terus yang lo lakuin sekarang apa?"

Ya saya melakukan apa yang sering saya katakan ke orang lain.
Menulis, rajin menulis.
Membaca dan rajin membaca.
Saya ngajak, tapi saya juga masih melakukannya. Sama-sama berproses. Karena kalau tidak ada yang melakukan lalu siapa? Kemudian yang mau dilakukan terus apa?

Semakin kesini, saya mencoba untuk menyadari dan memahami dengan apa yang sudah dan akan saya tulis. Ada alasan apa, apa tujuannya, apa imbasnya, apa yang terjadi, apa reaksinya, dan lain sebagainya. Sedikit demi sedikit saya mencoba mulai merubah kebiasaan saya tentang menulis.

Dulu, saya sering menulis tentang kegiatan keseharian saya, apa yang sedang saya lakukan, makanan yang sedang saya makan, motivasi-motivasi omong kosong dan yang lain sebagainya. Saya menyadari bahwa orang lain tidak butuh informasi makanan apa yang saya makan, sedang dimana saya sekarang atau laporan-laporan apa saja yang telah sedang dan akan saya lakukan.

Saya siapa? Kenapa harus menulis detail seperti itu? Semakin kesini, saya menyadari ternyata banyak sekali pemikiran-pemikiran, opini, gagasan atau keresahan yang muncul dalam diri saya. Hingga saya berpikir bagaimana cara untuk mengeluarkannya dan menyampaikannya.

Dengan blog inilah saya mencoba untuk teus menulis, terus berbagi pemikiran, opini, argumentasi dan keresahan. Dengan blog inilah saya mencoba mengeluarkannya. Menyampaikannya. Mendiskusikannya. Dengan blog inilah saya mencoba berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama, saling memberi. Karena kita sama-sama merasa saling membutuhkan.

Awalnya takut. Tetapi bukankah takut itu akan membatasi? Dan saya tidak ingin terbatasi. Mungkin, ada yang setuju dan ada yang tidak dengan tulisan saya. Tapi apa salahnya saya berbagi? Karena yang benar hanya milik Tuhan. Saya akan terus menulis. Belajar banyak. Membaca lebih banyak. Diskusi lebih lama. Melihat lebih mendalam. Mendengar lebih jelas. Dunia ini memang ada batasnya, tapi pemikiran tidak akan pernah berbatas.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pandemi, Organisasi Mahasiswa, dan "Jadwal Molor" Pemira Unsera

Wisuda Drive Thru Unsera; Komersialisasi Pendidikan di Masa Pandemi

Kisah Fajar, Embun dan Senja