Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

Kala Malam di Rumahmu

Rumah ini tidak begitu luas. Sederhana. Warnanya juga tidak mencolok namun banyak tumbuhan di halamannya. Kali ini aku menikmati malam di tempat yang asing dengan suasana yang asing pula. Malam yang sunyi. Benar-benar tidak ada kehidupan. Aku parkirkan motor di halaman rumahmu. Pintu sudah terbuka. Tanpa aku harus salam, kamu sudah keluar duluan. Kamu mempersilahkan dengan ramah. Dengan senyummu yang khas. Aku duduk di kursi yang dekat dengan pintu. Kamu juga duduk namun di kursi yang berbeda. Tak berselang lama, orang tuamu datang. Tak lupa kusalami mereka berdua sambil sedikit berbasa-basi namun penuh makna. Ibumu begitu perhatian. Memberi wejangan kepada kita. Tak berselang lama, terdengar adzan Isya dari masjid sebelah. Karena sudah menjadi kewajiban seorang muslim, aku dan keluargamu mendatangi suara tersebut. Melepaskan sejenak beban dunia yang kita pikul seharian. Sholat selesai. Kemudian orang tuamu masuk kedalam membiarkan kita berdua. Pintu ruang tamu tetap terbuka l...

Menyadari apa yang Tan Malaka bilang

Ingin sekali berterima kasih. Mulai dari berterima kasih ke orang-orang sekitar, ke takdir, ke waktu, ke segala pengalaman yang manis, ke segala pengalaman memalukan lagi pahit, dan terlebih lagi… Terima kasih, Tuhan. Hari ini, saya akhirnya menyadari apa yang pernah Tan Malaka bilang: Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk . Akhir minggu yang kosong membuat saya banyak berkontemplasi tentang diri sendiri. Selama hidup ini, tidak terhitung kesalahan yang saya buat, kesalahan langkah yang saya ambil, kegagalan, frustrasi, dan air mata. Saya sering merasa depresi dengan semua itu, apalagi kalau membandingkan diri ini dengan orang-orang sukses di sekitar saya, padahal mereka baru dalam tahap mahasiswa. Duh, rasanya diri ini cuma butiran debu… Tapi, di waktu-waktu kosong akhir minggu yang saya nikmati untuk diri sendiri ini, perlahan, semua hal yang sebetulnya tidak menyenangkan untuk saya selama ini membuka tabirnya. Saya berkaca. Bukan dalam arti harfiah, y...

Obrolan ; Secangkir Kopi dan Impian

Gambar
Seperti malam-malam biasanya, aku pasti kesulitan mencari kegiatan malam yang pas ketika liburan kuliah, jadi aku putuskan untuk berjalan-jalan keluar rumah untuk mengunjungi salah satu tempat hanya sekedar untuk 'ngopi' dengan teman-teman dan biasanya dibarengi dengan diskusi-diskusi kecil-kecilan atau sekedar bertukar pengalaman hidup selama kuliah. Beberapa teman menempuh kuliah di Jawa, sedangkan sebagian lagi menempuh kuliah di Banten saja, kami sepakat dimanapun kami kuliah itu sama sekali tidak memiliki pengaruh, yang berpengaruh adalah bagaimana kita menyesuaikan diri dengan ilmu yang kita dapatkan. Menginjak usia dua puluh tahun memang bisa terbilang sangat cepat sekali, sampai-sampai aku juga merasa heran karena aku merasa baru saja beberapa waktu lalu kami semua masih anak-anak SMA yang suka bertingkah aneh-aneh di sekolah, sekarang menjelma menjadi mahasiswa-mahasiswa dan kami semua sudah cukup berubah, yang biasanya kerjaannya bahas hal-hal konyol-kony...

Par(tai)

Semarak pesta demokrasi Datang 5 tahun sekali Banyak bandar mondar mandir nyari simpati Bacot sana sini Tebar janji belagak peduli, namun sayang berjuta sayang, gak dulu gak sekarang, mereka emang jago ngarang. Tahta didapat rakyat dilupa. "Ah yang penting mah dah diatas, persetan ama yang jelata." Gak dulu gak sekarang tetap begitu pikirnya. "Penting mah posisi" "Yang jelata biar urus diri sendiri" "Yang penting kita hepi" Haha, mereka tertawa lepas, Terus menerabas dan menindas, Sampai semuanya kandang habis terhempas.

Sore Tiba

Sore tiba, bersama langit yang tak mendung Aku yang masih dirundung bingung, itu cerita lain Tak saling terhubung Cuma menambah kesan melankolis Cerita kian seru, ketika sepasang cangkir mengusik lamunanku Menebar pesona, mencari atensi Teh dan kopi Menari-nari di dalam sepi Hei, ini apalagi Setangkai anggrek mengintip di sela tumpukan buku-buku Dalam muram, diam-diam Teh atau kopi? Kupoligami keduanya saja? Biar sepi tak lagi menari.