Kepala Saya Seorang Pelukis, Titik.

Terlalu banyak berisik di kepala saya
Satu per satu meminta didengar
Isi kepala saya berhenti bekerja
Marah, ia berhenti menggambar.
Kepala saya seorang pelukis
Maestro dalam melukis puisi
Ia pelukis, saya bilang, pelukis.
Bukan penyair, bukan pujangga.
Apa pula bedanya.
Kepala saya, cuma ingin
menggambar puisi.
Tapi terlalu riuh.
Berisik sekali.
Berisik sekali.
Sekali lagi terlalu berisik.
Ini kali kepala saya berontak
berontak, tidak berotak
Ia menolak bekerja,
berhenti menggambar
Lalu dari mana datangnya puisi ini?

Serang Timur, 26 april 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pandemi, Organisasi Mahasiswa, dan "Jadwal Molor" Pemira Unsera

Wisuda Drive Thru Unsera; Komersialisasi Pendidikan di Masa Pandemi

Kisah Fajar, Embun dan Senja