Postingan

Menikmati Waktu

Sudah hampir satu tahun tidak menyentuh platform ini. Banyak sekali hal yang telah terjadi. Namun dalam kesempatan kali ini, saya hanya ingin membagikan beberapa hal, untuk diingat di kemudian hari.  Pada suatu persimpangan hidup, di waktu senggang ketika memulai kontemplasi, atau meminun kopi sendiri di teras rumah, pernah tidak terpikir tentang waktu yang berjalan begitu cepat? Tiba-tiba banyak hal berubah, ada yang datang dan pergi, ada yang menetap dan berpindah, ada yang membaik atau memburuk. Pernah tidak, kita menemukan foto-foto lama, lagu yang diputar, film yang ditonton ulang, membawa kita kembali ke masa tertentu di belakang? Menghadirkan kembali nuansa nostalgia pada waktu-waktu tertentu, yang membuat kita rindu. Membuat kita sadar kembali bahwa kita sudah jauh, sudah melesat menuju arti-arti yang lain, tapi rindu momen-momen itu. Pernah tidak merekam memori kita diusia kanak-kanak yang berpikir tentang menjadi dewasa, pada usia tertentu yang sudah lepas dari apa saja balut

Refleksi HUT Kota Serang: Potret Hari Ini dan Harapan Kedepan, Aje Kendor!

Gambar
Sumber foto: kesbangpol.serangkota.go.id Perjalanan Kota Serang tak bisa dilepaskan dari lintasan sejarah Kabupaten Serang dan dinamika sejarah wilayah Banten. Sudah banyak ragam perjalanan di dalamnya. Berbagai sketsa sejak masa Kerajaan Hindu, Kesultanan Banten, kolonial Belanda, lalu zaman kemedekaan hingga kini. Hari ini, 10 Agustus 2021, Kota Serang genap berusia 14 tahun. Pembentukan Kota Serang diresmikan melalui UU No 32 Tahun 2007 yang kemudian disahkan pada tanggal 10 Agustus 2007. Kota Serang resmi secara de jure dan de facto sebagai wajah provinsi Banten. Sebelum menjadi kota daerah otonom, Kota Serang bagian dari Kabupaten Serang. Pembentukan Kota Serang tidak lepas dari amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2000 tentang pembentukan Provinsi Banten. Kota Serang yang di dalamnya memiliki latar belakang Kesultanan Banten sebagai magnum opus, diamanatkan melalui UU No 23 tahun 2000 menjadi ibu kota Provinsi Banten. Maka pembangunan demi pembangunan mulai terlihat

Kado 76 Tahun Kemerdekaan Indonesia: Kita Bangsa yang Sejajar!

Gambar
Sebetulnya tulisan ini sudah ada di draft, tapi belum sempat saya edit karena beberapa hari kebelakang mood  saya sedang jelek-jeleknya untuk menulis. Well, pada hari Senin, 2 Agustus 2021 (menjelang HUT RI ke-76), saya tidak menyangka hari ini akan menjadi momen yang begitu spesial bagi negeri ini. Ditengah hiruk-pikuk kebijakan, carut marut politis, berita duka yang tiada henti, kemenangan di Olimpiade Tokyo seolah menjadi oase di Gurun Sahara, menyejukkan sekaligus mengharukan. Potret-potret ini menjadi tangkapan momen paling favorit bagi seluruh rakyat Indonesia dari euforia sepekan kebelakang, kalau kita maknai memberikan kesan yang begitu mendalam di hati. Siapa sangka setelah sekian lama kita tidak melaksanakan upacara dan hormat kepada bendera di hari Senin, justru hari ini kita menyaksikan kain suci kita di angkat, lagu kebangsaan kita di putar di seluruh dunia, di bulan kemerdekaan, sungguh kado yang indah bagi 76 tahun kemerdekaan kita. Lihatlah, bagaimana bende

Pandemi, Organisasi Mahasiswa, dan "Jadwal Molor" Pemira Unsera

Gambar
Disclaimer : Opini ini bersifat perseorangan dan bukan mewakili kelembagaan . Saya bukan seorang aktivis handal, tetapi mendengar berita Pemira yang sudah tertunda setahun lebih ini begitu menjengkelkan. Lewat tulisan ini saya hanya ingin beropini tentang gonjang-ganjing Pemira di kampus almamater yang sangat saya banggakan, yaitu Universitas Serang Raya—yang katanya berstandar Internasional . Tentunya dengan gaya tulisan saya yang frontal, nyinyir, dan sok tahu. Karena saya percaya hak untuk menyampaikan aspirasi masih dijamin oleh konstitusi. Sebagai mahasiswa, rasanya sudah tidak asing lagi dengan Pemilu Raya (Pemira). Pergelaran demokrasi untuk memilih pergantian kepemimpinan mahasiswa di kampus menjadi miniatur dalam besarnya kehidupan demokrasi di Indonesia. Pemira merupakan pesta demokrasi di lingkungan kampus dan juga sebagai perwujudan pemerintahan mahasiswa (Student Government). Kampus tidak hanya mencetak generasi muda untuk sekedar menimba ilmu dan membangun kar

Sesat Berpikir APTISI Banten dalam Menyikapi Kampus Murah ala UNPAM

Beberapa hari lalu, saya membaca berita biem.com. Salah satu berita yang menarik perhatian berjudul "Tak Terima ada Kampus Murah, Asosiasi Perguruan Swasta Ngadu ke Walikota Serang" , sontak saya kaget dan terkejut. Dilansir dari laman biem.com , puluhan perwakilan dari berbagai kampus yang tergabung dalam Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah IV-B/Banten itu mengadukan keberadaan kampus baru UNPAM yang membuka cabangnya di Kota Serang dengan harga murah, yaitu hanya Rp150 ribu untuk setiap mahasiswa per bulannya dan tidak ada biaya lain yang dibebankan. “Kita juga tidak ingin membatasi atau Unpam tidak boleh beroperasi di sini karena sekarang ini sudah dibebaskan oleh pemerintah. Kita berterima kasih kalau pihak pengelola pendidikan tinggi mau berinvestasi di daerah-daerah, termasuk di Serang. Tentu saja harapan besar, tapi yang harus diperhatikan adalah keseimbangan atau kerja sama dengan kampus-kampus yang sudah ada. Jangan satu hidup, satu bermasal

Pesawat Kertas untuk Bapak

Apa kabar, Pak? Bagaimana keadaan surga? Semoga Bapak tenang, damai dan selalu dalam dekapan-Nya. Masih sangat menyengat, harum mawar yang menyebar lewat udara dan memenuhi setiap sudut ruang pada hari itu. Masih segar di ingatan tubuhmu yang terbujur kaku dan terbungkus kafan putih. Terngiang-ngiang di telinga tumpah ruah air mata beserta jeritan pertanda duka. Menggema hebat suara kerabat yang melantunkan ayat suci untuk mengiringi kepergianmu. Yang tak pernah kupercaya, bapak pergi sehari setelah menghabiskan malam dengan tertawa bersama keluarga–menghabiskan jajanan martabak manis kesukaan bapak di sudut Taman Ciruas. Suara pengendara yang riuh menjadi saksi bisu malam itu, malam yang penuh kehangatan. Karena itulah kusebut kepergianmu seperti sambaran petir di tengah matahari yang sedang bersinar cerah. Bapak meninggal karena penyakit jantung yang didera sejak 4 tahun yang lalu. Tepat pada Senin pagi, 25 Januari 2021, hari yang tak akan pernah aku lupa sampai kapanpun, hari yang m

Paradoks Kampus Merdeka dan Belenggu Kebebasan Akademik

Gambar
Illustrasi: Devina Tiada kita lalui tanpa mendengar seruan mengenai pentingnya pendidikan untuk kemajuan bangsa dan negara. Beberapa bulan sebelum pandemi Covid-19 menimpa Indonesia di awal 2020, jargon “Revolusi Industri 4.0” digaungkan tanpa henti di media dan para politisi yang ingin terlihat progresif tak kunjung berhenti bicara mengenai pentingnya “revolusi” ini segera diimplementasikan dalam semua lini kebijakan negara, termasuk, dan mungkin terutama, di sektor pendidikan. “Agar kita tidak kalah bersaing dan demi masa depan bangsa kita,” begitulah kira-kira slogannya. Nadiem Makarim—Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, hadir membawa harapan menciptakan perubahan di bidang pendidikan dengan kebijakan “Merdeka Belajar”, yang dalam pendidikan tinggi bertajuk “Kampus Merdeka”. Kebijakan tersebut diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2020 lalu. Empat kebijakan utama dalam konsep Kampus Merdeka di antaranya yaitu pembukaan program studi baru, sistem akreditasi perguruan tinggi,