Cerpen; Mimpi Semalem
Derit pintu membangunkanku dari mimpi indah ku, mata ku sedikit menerawang ke sudut ruang yang mulai bias terkena sinar mentari. “Ah… malasnya” gumamku. Entah kenapa gaya gravitasi diatas kasur kusamku meningkat sebegitu drastisnya, jangankan untuk bangun, sekedar merubah posisi tiduranku saja sangat sulit. Rasanya ingin tidur lagi melanjutkan mimpi-mimpiku yang tadi sempat terputus. Apa daya mata sudah bosan terpejam, yang ada hanya rasa malas dibalik sisa-sisa kantukku.
Anganku mulai menerawang ke angkasa bak roket yang siap meluncur menjelajahi galaksi bima sakti, tiba-tiba aku teringat perkataan Soe Hok Gie, “orang seperti kita tak pantas mati di tempat tidur”. Seketika itu juga lamunanku tertohok mataku terbelalak, tak lucu juga kalau aku mati ditempat ini, mati bukan hanya meregang nyawa saja, ketika hidup ku sudah tak bermanfaat bagi orang lain, itu pun bisa diartikan kematian jiwa pada raga yang hidup.
Tak lucu bukan diusia mudaku ini aku harus mati dengan cara yang tak pantas, yang jelas “Aku hanya punya dua pilihan kembali; tidur untuk melanjutkan mimpiku atau segera bangun demi mewujudkan mimpiku.”
Pagi ini terlalu indah kalau hanya kugunakan untuk tidur saja dunia ini terlalu luas jika hanya kasur saja yang jadi pijakanku. Tanpa pikir panjang aku segera bergegas bangun, lalu ku langkahkan kakiku dengan gontainya menuju kamar mandi dengan harapan ruang itu bisa membangkitkan semangatku.
Segar rasanya, semangat hidupku pun sudah pulih lagi, namun aku bingung dari mana aku harus mulai melangkah? Bukannya tidak ada yang harus kukerjakan, lebih tepatnya terlalu banyak yang harus ku kerjakan. “Ah… pusing” ujarku, sambil kulemparkan handuk ke atas kasurku. Ya sudahlah aku kerjakan dari hal terpenting dulu.
Mataku mulai bergerilya mengumpulkan kertas-kertas yang berceceran bekas semalam. Dalam hidup memang selalu ada hal yang harus diperioritaskan, ingat “tak ada orang yang benar-benar sibuk didunia ini, yang ada anda hanya bukan perioritasnya."
Komentar
Posting Komentar