Bunga Tidur dari Kamu, Gadis Berpipi Tirus

Hai.
Baru saja aku memimpikanmu
Masih amat jelas mimpi itu
Ah, mungkin aku hanya merindu
Jadi begini namanya rindu.
Memilukan. Bukan.
Mengilukan.
Serasa aku ingin berlari berhambur segera menujumu
Tapi apalah daya.
Siapalah saya.
Kita bukan satu.
Bukannya bukan. Tapi mungkin belum.
Baik. Mari ulangi
Kita belum satu.
Itu yang kupingini
Kita masih terpisah.
Masih di belahan bumi yang serasa jauh
Padahal mungkin jarak sangatlah dekat
Tapi memang nyatanya kita bersekat

Ah. Aku terlalu senang dengan bunga tidur tadi
Kamu, begitu jelas dan nampak terang
Bukan sekedar abu abu belaka
Atau bayangan hitan yg muncul sesekali
Lalu pergi
Tanpa kembali

Hai.
Kamuuu.
Ah.
Aku sudah kehabisan kata kata
Untuk menjabarkan isi hati
Sampai kapan kita begini?
Atau kah selamanya?
Atau ada masa dimana kita bisa saling berkisah
Dan berkeluh kesah.
Entahlah.

Hai, lagi. Kamu. Lagi.
Aku menunggu perjumpaan yang lain.
Bukan dalam bunga tidur.
Tapi dikehidupan. Yang nyata
Semoga :“)

07.03.2018.
04.45 WIB


#puisikamu
(E.N)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pandemi, Organisasi Mahasiswa, dan "Jadwal Molor" Pemira Unsera

Wisuda Drive Thru Unsera; Komersialisasi Pendidikan di Masa Pandemi

Kisah Fajar, Embun dan Senja