Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Penghujung Desember yang Basah

Waktu merayap diakhir Desember. Kita sibuk mengemasi kenangan, dan terburu-buru meringkas masa depan. Desember yang kita rangkum dari berbagai perjalanan akan meninggalkan jejak yang menjadi rumah singgah bagi kenangan bermuara. Beberapa dari kita senang hanya duduk di hadapan jendela. Sekadar mengamati bagaimana hujan menjatuhkan sesuatu yang basah. Menumpahkan segala kenang pada garis-garis waktu. Beberapa dari kita yang lain gemar melingkari kalender, sekadar menakar bagaimana waktu berkurang. Sudah seberapa jauh melangkah, sudah seberapa dekat tujuan. Lalu kita berharap waktu adalah pita kaset yang dapat diputar maju atau mundur Serang, 30 Desember 2017

Pemulung-pun Bersajak

Nada suara yang jarang-jarang terdengar Hanya lewat kail besi di tangan, tidak jarang benar-benar tangan yang digunakan Gelas plastik, botol kaca, besi tua yang sering kita sebut sampah; diambilnya lalu dinamakan harta olehnya. Dan di sebuah malam yang gelap, Lilin putih penerangan seadanya, di atapi seng karatan, di alasi tikar anyaman; barang paling mahal baginya. Menengadah kepalanya melihat lubang-lubang bekas gerogotan angin dan hujan sambil gerak bibir dan lidah beradu, Terdengarlah larik-larik dari sajak syukur, atas apa yang didapatinya; meski itu sekedar nafas untuk hari esok.

Potret Jalanan Kota Serang

Gambar
Kakek itu sangat sayu. Terlantar di jalanan, serasa tidak punya tempat untuk pulang. Anaknya entah ada dimana sekarang. Rekaman tentang rutinitas yang dijalani dua tahun yang lalu masih terus membayangi. Hari ini, kakek itu terdiam dalam doa, di sebuah pinggir jalan trotoar, tepat dipersimpangan lampu merah. Ada rasa rindu yang tak terungkap, hanya karena dia tidak terbiasa untuk mengungkapkannya. Hanya sebuah senyuman yang sederhana, seolah berkata; "An akku, kamu dimana?" Kakek sangat senang ketika ada yang datang. Ya, banyak orang datang menghampirinya. Melihat-lihat, tak jarang berbagi secercah receh ataupun bahan makanan. Tapi bukan  itu yang kakek rindukan, karena nikmat rasa pun agaknya sudah tak terlalu banyak bisa dimiliki lidahnya yang tua. Tapi kedatangan mereka yang berkunjung, memberi sedikit obat rasa rindu. Hanya saja, seperti cerita yang sudah sampai sebelumnya, dia tak terbiasa mengatakannya. Hanya dalam sebuah kalimat sederhana,  “kalian sudah kakek ang...

Audiensi: Ada Apa dengan Akreditasi Akuntansi?

Gambar
Judul tulisan ini mirip dengan judul film yang pernah booming di tahun 2002, film lepas dengan judul Ada Apa Dengan Cinta, (AADC)  salah satu judul film yang menjadi tonggak bangkitnya gairah perfilman di Indonesia dan film yang paling laris di jamannya, karena rela ditonton berulang-ulang oleh penggemarnya yang sebagian besar anak muda bahkan orang tua, karena menyuguhkan nuansa romantisme percintaan dua anak muda Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastrowardoyo) yang gemar menulis puisi, luar biasa. Oke itu hanya prolog saja, gak bakalan ngebahas AADC. Tapi jika kita bahas Ada Apa dengan Akreditasi? tentu jangan bayangkan dulu tentang sebuah romantisme percintaan, tetapi saya ingin mengantarkan pembaca kepada romantisme kehidupan akademik di Kampus yang dijuluki kampus Aquarium ini. Hubungan pasang surut yang dalam istilah ' Romantika ' ( Romantisme kehidupan akademik ). Saya istilahkan Romantika karena layaknya pasangan sebuah hubungan relasi romantis yang ...

Kelasku

Kelasku akan memanusiakan manusia Tidak menuntun jiwa-jiwa ini untuk jadi budak. Budak harta, budak jabatan, budak nilai, budak materi, budak semuanya. Tidak dikerangkeng dalam penjara-penjara dengan sekian syarat. Mereka bilang harus dapat nilai sekian, hidup dengan gaji sekian, dan sekian bilangan syarat lainnya. Banyak sekali syarat bahagia ya? Di kelasku, semua bebas jadi dirinya. Tidak ada yang dipaksakan. Kupu-kupu bebas terbang, ikan bebas berenang, monyet bebas memanjat, katak bebas melompat. Tidak ada yang dipaksakan. Di kelasku, kita akan belajar dengan ceria.Tidak perlu berkurung dalam kotak dengan sekian kursi dingin yang berjejer rapi. Semua bisa jadi kelas kan? Halaman, pasar, pantai, ladang, semuanya. Mari kita menghitung bintang, bermain  dengan angin, mengamati debur ombak. Melihat hijau daun, menggapai biru langit. Berkelana, bercengkrama dengan nelayan, melihat petani memanen padi yang menguning. Bertukar pikir dengan pedagang, berdiskusi dengan pemu...

Romantika Malam

22.35 wib Semangkuk. Sebagian tertidur nyenyak dengan perut kenyang. Sebagian lagi masih bingung mencari sesuatu untuk dimakan. Nyenyak. Kala banyak terlelap pulas di atas kasur empuknya. Banyak pula trotoar dan emperan jaran terlihat begitu nyaman untuk ditiduri Mungkin karena tidak ada pilihan. Atau memang sudah terbiasa. Pulang. Kala gelap telah datang, kini kosakata rumah selalu membayang, persis di pelupuk mata. Sebagian, ada di rumah mewah yang di tumpangi, namun udara luar lebih terasa hangat. Sebagian lain menemukan kehangatannya dikardus dan anyaman bambu. Bertahan hidup. 12 jam waktu malam dihidupkan untuk mencari sisa-sisa keceriaan siang. Menjaga daerah perbatasan negeri. Menjaga fluktuasi neraca saham. Menjadi satpam di perusahaan. Atau bahkan berniat mencuri kepemilikan orang lain. Kenyamanan. Ada satu ketenangan dan rasa aman terlepas dari problematika malam. ditakdirkan membersamai teman hidup dengan syukur dan begitu lembut menyambut. Malam, selalu kaya d...

Munir dan sebuah percakapan dari Tahun 2029

Baiklah, nak. Kemari dan berbaringlah di pangkuanku. Akan kuceritakan kepadamu sebuah cerita. Ini bukan cerita rekaan, bukan pula roman picisan. Dulu pada masa yang belum terlalu lampau, di negeri kita ini, hidup seorang lelaki. Lelaki berani, yang maqom keberaniannya sangatlah sulit kau temukan samanya. Tubuhnya kurus, tak sebesar Hulk. Ototnya kecil, tak seperkasa Dwyne Johnson dalam Hercules: The Tracian Wars. Tapi pukulannya kuat sekali, lebih kuat dari pukulan palu si Thor. Dan nyalinya besar, nak. Tangguh sekali. Lebih tangguh dari Achilles dalam kisah Troy. Namun tak seperti dongeng-dongen kepahlawanan yang sering ku ceritakan kepadamu, lelaki ini tak hidup dalam bayang-bayang mitologi. Ia nyata. Keberaniannya tumbuh dalam bilik-bilik sunyi tempat ketidakadilan bermekaran. Lelaki kecil berambut merah dan berkumis lebat ini, hadir tepat di tengah diskriminasi dan kedzaliman berkecambah. Di sudut-sudut dusun yang kumuh, juga di gubuk-gubuk reot kaum buruh. Ia datang kepada...

Selamat Ulang Tahun, Widji

Gambar
Rambutnya Lusuh, pakainnya kumal. Celananya seperti tak mengenal sabun dan setrika. Ia bukan burung merak yang mempesona. Tapi bila penyair ini membaca puisi di tengah buruh dan mahasiswa, aparat memberinya cap sebagai agitator, penghasut. Selebaran, poster, stensilan, dan buletin propaganda yang ia bikin tersebar luas di kalangan buruh dan petani. Kegiatannya mendidik anak-anak kampung dianggap menggerakan kebencian terhadap orde baru. Maka Ia dibungkam. Dilenyapkan.” “ternyata laki-laki cedal itu bernama wiji thukul. Saya terlongong-longong mendengar kata-kata ajaib dari bibirnya. Lugas, sederhana, membalut ide yang sama sekali tidak sederhana.” “sedangkan wiji thukul, boleh dibilang ia artikulasi paling optimum dari suatu imaji ekstrem mengenai gerakan kelas. Tapi kelas yang dalam sejarah kekuasaan Orde barumasih terpencil dan penuh stigma. Wiji Thukul adalah buruh dengan pikiran radikal tapi yang sekaligus juga mampu berpuisi dengan kebebasan, artikulasi, dan daya...

Mengubur impian

Pernah suatu hari, saya dengan sukarela membungkus rapi harapan saya. Dibungkus rapi, bersih, tidak ada cela. Saya bawa bungkusannya ke kuburan yang saya sudah gali sendiri, dengan tangan saya sendiri sembari keringat membasahi tanahnya. Sudah dikubur. Saya tutupi tanahnya, saya cangkul kembali, saya gemburkan. Saya tulis sendiri nisannya. Saya cat. Saya pagari kuburan itu. Saya tinggalkan jejak karena saya pelupa. Agar suatu hari saya bisa datang berziarah. Menanyakan “apa kabar” kepada harapan saya? Mendoakan harapan saya agar tenang disana. Meredakan harapan saya yang memang harus segera diistirahatkan. Istirahat dengan baik ya. Sampai jumpa nanti ku bawakan bunga dan air. Agar kamu tumbuh subur. Tapi tetap dalam peristirahatan.

#Catatan perjalanan PKM KBMFE. Musikalisasi Selembar Puisi Perpisahan

Gambar
Perpisahan selalu meriringi setiap pertemuan. Sedih memang terlebih kita berpisah dengan orang-orang yang telah memberikan makna dalam hidup. Seperti contohnya kawan kita, Ernawati Sari, saat perpisahan Pengabdian Kepada Masyarakat KBM Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya  tak kuasa menahan kesedihan saat membacakan puisi ketika harus berpisah dengan warga desa Lontar yang sudah ia abdi. Sampai pada konklusi bagi setiap batin yang kiranya disimpulkan masing-masing dengan sadar. Satu diantaranya, sebuah kehormatan bagi kami menempuh perjalanan mengabdi untuk Desa Lontar.  Terimakasih atas segenap dedikasi dan kerjasama yang telah dijalin.  Pamit, Dari : KBM FE UNSERA 2017 Untuk : Desa Lontar "Kenangan Mengabdi" Pembacaan puisi : Ernawati  Instrumen musik : Aldi Haris Firdaus Karya puisi : Ernawati & Khairul Anwar "Dari kalian aku bisa menuliskan sebuah kisah,  Pada lembaran-lembaran yang terpisah, Dari sudut pandang d...

#Catatan perjalanan PKM KBMFE. Inginkan Terbang Melayang

Gambar
Inginkan terbang melayang. Menembus batas awan dan angan. Lebih, sangat lebih tak peduli. Meski kita bukan semester akhir, 'pengabdian'  pun dijalani. Mengenal agar kenal, mencintai agar cinta. Tak ambil pusing kata orang soal kepura-puraan, sok sokan tau atau dogma normatif semacamnya. Setidaknya, sesederhana; Inginkan Terbang! Yang kami nikmati tidak melulu soal bahagia, tapi perihal rintangan yang didalamnya. Kita harus bergandengan tangan untuk melewatinya. Percayalah kawan, Perahu akan selalu terombang-ambing, begitu pula dengan organisasi. Maka rangkul kawanmu untuk 'menemani' saat terombang ambing. Kawan yang tidak mengambil posisi didepan atau dibelakang, melainkan disamping dan berdampingan untuk Merangkak, Berjalan dan Berlari Bersama :) Kita disini bukan tanpa perselisihan, karena hidup tak selamanya tentang kedamaian. Kita pernah berselisih, gesekan dan percikan di forum, beradu argumen, bahkan sampai ada tetesan air mata didalamnya. Dan...

#Catatan perjalanan PKM KBMFE. Dua Minggu Sejuta Kenangan

Gambar
Mengabdi kepada masyarakat berarti kita ikut masuk dalam dunia mereka, berbaur dengan mereka dan merasakan apa yang mereka rasakan. Kita akan melihat sesuatu dalam cara pandang rakyat, belajar untuk memahami cara memaknai banyak hal dengan segala keterbatasan. "Kami sangat berterima kasih kepada adek-adek mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Serang Raya. Karena jauh-jauh dari kota ke pelosok desa hanya untuk mengabdi kepada masyarakat."   Pak Pendi, dalam sambutan opening ceremony Pengabdian KBM FE, 25 Juli 2017. Tentu saja saya bukanlah orang yang bisa merangkai kata demi kata menjadi sebuah dentuman semangat, bukan pula pujangga yang bisa dengan mudah melantunkan bait bait kata yang meresap maknanya. Ya memang begitu, tapi setidaknya tanpa pun itu, saya bisa merasakan bercakap dan berkumpul dalam satu atap bersama 34 kawan seperjuangan, yang tergabung dengan Keluarga Besar Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya. Oke beranjak pada Desa Lontar, desa ...

Surat Ci(n)ta

Gambar
Hai, kali ini suratku sengaja dibuat sebagai tanda ucapan terimakasihku ke kamu. Mungkin bagimu sudah biasa. Tapi kali ini berbeda, aku sedang nggak bisa memberikanmu banyak cokelat, es krim, dan makanan kesukaanmu. Kali ini aku mau menuliskanmu surat aja. Nggak apapakan? Kamu, terimakasih ya karena sudah mau berproses sejauh ini. Terimakasih karena sudah berani mengambil banyak keputusan yang tidak mudah untuk dirimu sendiri. Terimakasih karena sudah mau berjuang mempertahankan apapun yang layak dipertahankan. Terimakasih karena sudah mau mengikhlaskan apa-apa yang memang seharusnya dilepaskan. Terimakasih karena sudah tidak mudah terpuruk. Terimakasih sudah dengan sekuat tenaga melawan kemalasanmu. Terimakasih sudah mau melakukan banyak hal untuk orang lain. Terimakasih karena kamu sudah berani bertahan. Maaf karena ternyata dunia ini tidak selalu baik untukmu.  Maaf atas hari-harimu yang berat waktu itu. Maaf atas kesedihanmu yang tidak pernah terungkapkan...